Sebelumnya perkenalkan, namaku Adi, umur 30 tahun (180cm/76kg), single
dan bekerja sebagai Manajer Koordinator di salah satu perusahaan ternama
di kota S.
Beban pekerjaan sebagai seorang koordinator cukup menyita waktu ku
sehingga sulit sekali aku untuk dapat mempertahankan suatu hubungan
dengan perempuan, dan tidak hanya itu keadaan rumah tempat tinggal ku
yang kubeli dari hasil keringat pun jarang terurus karena seringnya aku
pergi dinas keluar kota.

Akhirnya kuputuskan untuk mencari pembantu agar dapat mengurus rumah
(bersih-bersih, masak, cuci) lagipula bisa jadi teman ngobrol waktu aku
dirumah. Butuh waktu cukup lama aku mencari dan mendapatkan pembantu
sesuai dengan kriteriaku (biaya gajinya juga harus dipikir soalnya,
hehe), karena di kota S termasuk kota yang berkembang sehingga banyak
yang tidak mau bekerja sebagai pembantu dan lebih memilih untuk menjadi
buruh pabrik. Dengan dibantu seorang rekan di kantor, akhirnya aku
mendapatkan pembantu, namanya Maimunah (kupanggil Bi Mai), umur 52
tahun, tinggi/berat (kira-kira 150-155cm/50kg). Sebulan Bi Mai mulai
bekerja di rumahku, kulihat dia sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan
dan kesibukanku, akupun juga tidak berfikir hal yang aneh-aneh apalagi
pikiran yang menjurus ke "vivid".
Menginjak bulan kedua, aku pulang larut malam dari kantor karena urusan
tamu. Kulihat jam tanganku sudah menunjukan pukul 21.21 (ngantuk pasti,
capek apalagi). sesampainya didepan rumah, aku sengaja tidak membunyikan
klakson mobil karena sungkan dengan tetangga dan Bi Mai pasti sudah
tidur pikirku. Kubuka gerbang rumah dan pintu garasi, ternyata suaranya
membuat Bi Mai bangun dan segera berlari membantuku. Entah aku yang
goblok atau Bi Mai yang kurang "sadar" akibat mendadak bangun dari
tidurnya membuat kakiku terjepit pintu garasi. Meringis sebisanya aku
menahan sakitnya.
"Aduh mas, maafkan bibi ya mas...", katanya dengan nada memelas. Aku
tidak membalasnya, cuman diam masuk rumah dan duduk disofa ruang TV.
Setelah menutup gerbang, Bi Mai mendatangiku,
Bi Mai : mas gimana kakinya?
"yaa bagaimana Bi, tuh merah!". ketusku
Bi Mai : saya ambilkan obat gosok ya mas..
Sembari menunggu Bi Mai mengambil obat gosok akupun melepas celana+hem dan tinggal kaos dalam+boxer.
Sambil mengurut kakiku, dia bercerita ngalor ngidul..aku hanya menjawab
sekenanya saja karena mataku tertuju ke belahan dadanya yang terlihat
dari atas dasternya. Tidak berapa lama, akibat aku melihat belahan dada
Bi Mai pikiranku pun mulai ngeres (maklum sebulan belum coli, sibuk
mikir pekerjaan dan dirumah cuman berdua sama Bi Mai) lambat tapi pasti,
penisku pun mulai mengeras dan bergejolak sehingga membuat kelihatan
menyembul dari balik boxerku.
Bi Mai : mas.....itu....
"kenapa bi?, sahutku.
Bi Mai : ee...eee... (sembari melihat penisku yang sudah tegang dari tadi)
"ohhh...si otong toh bi!", (panjangnya normal kok gan 16 cm dengan
diameter kepala otong kira-kira 4,5-5 cm) tanpa pikir panjang dan entah
setan mana yang masuk dipikiranku, aku langsung berdiri dan melepas
boxerku sehingga si otong bebas mengacung tepat di depan muka Bi Mai.
Kupikir Bi Mai bakal langsung pegang si otong (kayak dipilem bokep-bokep
gitu) eh malah tertunduk malu, tapi yang heran Bi Mai tidak pergi dan
tetap memegang kakiku. Melihat Bi Mai seperti itu, kuputuskan untuk
duduk disofa lagi dan mengelus-elus si otong. Kulihat Bi Mai curi-curi
lihat si otong, 10 menit aku mengelus si otong, akhirnya kuambil
inisiatif untuk berdiri dan mengangkat Bi Mai dan kudorong ke sofa.
Sedikit kupaksa memang pembantu tuaku ini sehingga dia berposisi
nungging.
Bi Mai : mas...mas, bibi mau diapain?, akupun tidak menjawab dan tetap
melancarkan jalan si otong dengan menyibakkan daster dan celana
dalamnya. Setelah CD nya turun, langsung kusambar dan kujilati memeknya
(aneh rasanya gan, engga kayak di cerita-cerita tapi tetap saja
kulakukan biar memek Bi Mai basah. Maklum sudah tua, jadi enggak sehorny
cabe-cabean gan). Awalnya ada sedikit penolakan dari Bi Mai dengan
menjambak rambutku tapi yang heran lagi, diapun juga mengeluh dengan
nafas yang mulai memburu. Sekitar 3 menitan aku menjilati memek pembantu
tuaku ini dan kupikir juga sudah cukup basah. Akhirnya mulai kuarahkan
si otong dengan tangan kananku dan tangan kiriku tetap memegang pinggul
Bi Mai (biar enggak lari kemana-mana gan, susah juga Bi Mai mau
berontak..orang perbandingan tinggi berat kami berdua sudah seperti
kelas berat melawan kelas bulu belum ditambah dengan kekuatan umur gan).
Perlahan kumasukan si otong ke memeknya.
Bi Mai : aaahhhhh.....massss.....ma..sss,
mendengar desahan Bi Mai ini, bukannya kasihan malah membuat aku semakin
horny. Sengaja aku mempermainkan ritme si otong dengan hanya memasukan
sebatas kepala si otong dan mengeluarkannya lagi (sensasinya semriwing
gan).
Bi Mai : maa..ss, ahhhh...kon..tol mas..adi...aahhhh..
Mulai kupercepat dorongan ke memek orang tua ini,
slep...slepp...slepppp, tidak ada kata yang keluar dari mulut Bi Mai ini
selain desahan yang memburu, 5 menit diposisi doggy style dan sudah
kulihat tidak ada penolakan dari Bi Mai sehingga kuputuskan untuk
berganti posisi WOT (kan kaki ane sakit gan, hehehhe. Sakit tapi masih
mikir ngentot, wkwkw).
Kumantapkan si otong sembari Bi Mai kusuruh untuk membuka dasternya,
sehingga terlihatlah buah dadanya yang masih terbungkus BH berenda
dengan warna krem persis yang kulihat tadi (kira-kira ukurannya 34-35c
tapi sudah agak menggantung..model pepaya gitu gan). Tanpa menunggu
waktu lama, kutarik tangannya untuk segera naik di pangkuanku (WOT),
sleep..slep..slepp dengan tempo yang agak lambat khas orang berumur lah.
Tapi jangan salah gan dengan tempo yang lambat sensasinya malah luar
biasa ditambah dengan pemandangan buah dada model pepaya gantung naik
turun di depan mata dan benar ternyata selang tidak berapa lama
kurasakan mulai ada yang bergejolak dari si otong.
"aahhh....bii...ahhh.", kutahan sebisaku tapi apa daya dengan posisi WOT jelas kontrol ada di pihak lawan.
"bii, aku mau kelu..ar...", kupercepat tempo si otong sebisaku dengan
sebelah tangan menekan pinggul+pahanya dan tangan satu nya meremas buah
dada Bi Mai. slepp..slepp..sleepp berbarengan dengan suara desahan kami
berdua. Tidak berselang lama, akhirnya kumuntahkan air maniku ke dalam
memek pembantu tuaku ini. crett...cret...cretttt...suurrrr (5x kuyakin
air maniku keluar).
Bi Mai : "ahhhh...pa.nass ma..sss...sssshhhh, aakhh"
Keringat pun bercucuran dari badan kami berdua dan nafas yang masih
memburu, Bi Mai pun kutuntun untuk rebahan di sofa sembari aku menikmati
sisa-sisa sensasi dari permainan seks dengan orang yang terpaut 22
tahun diatas umurku ini.
Di sela-sela tatapan kosongku, Bi Mai ternyata mau kembali ke kamarnya
dengan membawa daster dan CD nya yang berserakan di lantai.
Dengan sigap kupegang tangannya dan menariknya untuk masuk ke kamarku.
"Malam ini, bibi layani saya ya." dengan nada memerintah.
Entah dia sendiri juga merasa enak atau sungkan atau takut, Bi Mai hanya
mengangguk saja. Sembari dia merapikan pakaiannya (yang berserakan
dilantai tadi), kubuka kaos dalamku dan BH Bi Mai juga tidak luput dari
tangan jahilku ini sehingga kami jalan berdua menuju kamarku tanpa
sehelai benangpun. Kusuruh dia duduk di kursi meja belajarku dan
menungguku, kubuka laci lemariku dan aku mengambil satu butir pil (macam
viagra gitu gan) dan meminumnya dengan air yang memang selalu
disediakan Bi Mai didalam kamarku (maklum gan, kalau sudah didalam kamar
malas buat keluar lagi).
Bi Mai : "mas adi minum apa itu?", tanyanya bego.
gleekkk..."oh ini...ini vitamin bi, bibi nanti juga minum yang ini
yaa.", sembari kutunjukan obat yang konon katanya mencegah kehamilan
atau mematikan sperma yang keluar.
Bi Mai : "enjih mas...(iya mas)". sahutnya. Setelah kami meminum obat
itu, kuhampiri Bi Mai yang dari tadi duduk menunggu dan melihatku lalu
kusodorkan lagi si otong ke arah mulutnya. "masukin ke mulutmu Bi...",
sahutku, dia tidak menjawab tapi tetap melakukan apa yang aku suruh.
"ahhh....iseep bi..", pintaku sembari aku meremas-remas buah dadanya.
Tak luput juga, kusuruh tangan kiri pembantu tuaku ini untuk memainkan
buah zakarku, sedangkan tangan kanannya memainkan memeknya sendiri
(menjaga biar tetap basah pendek pikirku gan).
Tidak butuh waktu lama, efek dari pil tadi mulai bekerja ditambah isapan
dari mulut pembantu ku ini membuat si otong bangun lagi. 3 menit
prosesi BJ kami lakukan, setelah itu kuangkat Bi Mai dan kutuntun untuk
duduk dan mengangkang di atas meja belajarku. Pas ternyata posisi memek
Bi Mai (duduk ngangkang di atas meja) dengan si otong yang membuatku
leluasa menusuk memek tua ini, tanpa ba bi bu...slepppp
Bi Mai : aaaahhhhhhh.....masss!, sahutnya sedikit manja sembari
merangkul aku (yang pasti aku ogah gan disuruh nyipok, daripada ngerusak
mood akibat bau mulut). Kuteruskan goyangan maju mundur si otong tanpa
lupa memainkan buah dadanya (pentil Bi Mai yang kurasa juga sudah
mengeras) dan tangan satunya memainkan clitorisnya (alat pipis nya),
benar dugaanku, Bi Mai pun menggelinjang sembari mendesah.
Bi Mai : "aahh..ahhh...mass..kontolmu..aahh..ahh, kok lebih...aaahhh..ahhh keras dari tadi?" tanya dan desahannya.
Tidak kujawab karena mulutku sedang asyik menghisap buah dadanya yang
besar dan menggelantung itu. Tengah malam yang sepi ini pun berubah
menjadi adegan panas kami berdua yang seharusnya lebih cocok disebut ibu
dan anak ini.
Sleepp...sleepp..sleeppp,
Bi Mai : "mass, saya capek....mass...aahhhh." dengan nada desahan
memelas. Segera kulepas si otong dan kugandeng Bi Mai untuk pindah
kekasur.
Kurebahkan dia dan kupegang pangkal pahanya sehingga terlihat memek
hitam kemerahannya, tidak kugubris keluhnya dan tetap menghujamkan si
otong ke memeknya. Sleepp...plok...plokkk...plookk..sleepp (bunyi
pangkal paha saling beradu dan giatnya si otong bekerja).
Bi Mai : "aaaahh...ahh, mas ad..i...ahh...saa..kit mass..ahhh..ahh"
"sudah nikmatin saja Bi..ahh..ahhh." sahutku.
"apa saya sudahi malam ini?" tanyaku sembari tetap mengebor memek tuanya.
Bi Mai :"aahh...ahh, iy..enggak mas...ahh..ahh."
Bi Mai :"kontolmu enak ma...ssss..aahh..ahhh..ah"...."pee...nuhh, ahh..dimemek..ah..ahhh sa..ya"
Mendengar kode itu, jelas aku makin beringas. Cukup lama kami beradu
stamina, sekitar 20 menit berlalu kurasakan si otong siap untuk
mengeluarkan cairan gantengnya.
"aahhh..ahhhh...Bi, kamu mau spremaku?", tanyaku. sleeeppp...sleppp..sleeppp
Bi Mai : "enjihh..ahh..ah mas, ahhh...cepet mas..ahhh...pejumuu..aahh"
Kupercepat tempo si otong dan akhirnya, "Biiiii......akuu keluarr,
ahhhhhh...ahhhhhh!", crett...crett..suurr (keluar lagi dalam memek orang
tua ini).
Kucopot si otong setelahnya dan kuarahkan ke mulutnya agar di jilati
oleh Bi Mai, setelahnya kurebahkan badanku di sebelah Bi Mai yang penuh
dengan keringat.
"Bi..kalau kecapekan bibi tidur saja duluan." sahutku sembari melihat jam dinding pukul 00.30
Bi Mai : "enjih mas adi, bibi capek 2 ronde langsung sama mas...", akupun hanya diam dan senyum simpul.
Bi Mai : "saya tidur duluan ya mas..?", tanyanya sembari merubah posisi akan tidur memunggungiku.
"iya bi...makasih yaa." sahutku
Bi Mai : "iya mas adi, bibi juga terima kasih."
Sendiri kunikmati sisa-sisa kenikmatan menghajar memek pembantu tuaku
ini dengan ditemani rokok marlboro putih yang memang menjadi alat
pelepas stress ku ini. Mulai kuhisap pelan-pelan dengan pemandangan
perempuan tua tidur dikasurku dengan memek yang masih berlendir akibat
ulah si otong.
Dan ternyata lagi-lagi dugaanku benar.......si otong belum ngantuk...
Masih saja si otong berdenyut (dasar obat sial pikirku), kucoba tenang
dan tetap menikmati rokok tidak lupa menenggak habis air putih didalam
kamar dengan harapan si otong bisa tidur dalam sangkar. Kucoba
mengalihkan perhatian dan pikiranku dengan membuka laptop untuk
mengerjakan tugas kantor. Tidak terasa waktu cepat berlalu dan jam pun
sudah menunjuk pukul 03.00 pagi pun si otong sudah berdamai dari
pertempuran semalam, lalu kuputuskan saja untuk tidur.
Silau matahari dari sela korden kamarku membuatku terhenyak bangun,
kulihat jam sudah pukul 08.30 (wah telat sudah aku ke kantor, aku
kesiangan gara-gara menghajar memek Bi Mai semalam) dengan seribu
alasan, aku ijin tidak masuk kerja ke HRD kantorku tapi tetap tugas
sudah aku kirim sehingga beban di pikiranku pun sedikit berkurang.
Kegiatan formalitas kantor sudah beres (dengan masih telanjang bulat)
aku keluar dari kamar menuju ruang makan. Makanan sudah tersaji dan siap
untuk dilahap, tapi mana ini makanan untuk si otong (morning sick si
otong nyari tandem nya semalam). Terdengar suara air dari dapur dan
ternyata Bi Mai sedang membereskan alat masak yang telah dipakai memasak
tadi.
"Pagi bi...", sahutku
Bi Mai : "ehh, mas adi udah bangun toh?"
"iyaa bi, bangun tapi kesiangan", sambil garuk-garuk kepala.
Bi Mai : "iya mas, bibi tau kok..mas adi sama 'itu' juga bangunnya kesiangan", jawabnya genit sambil nunjuk si otong.
(edaann...dikode lagi aku, ini stw minta dihajar lagi memeknya) pikirku.
Sengaja kutunggu Bi Mai selesai membereskan cuciannya, setelah kiranya
selesai langsung kedekap Bi Mai dari belakang dan sesuai dengan SOP
(standart operasional prosedur) persetubuhan, tanganku mulai bergerilya
ke tubuh perempuan tua ini. Tangan kananku meremas buah dadanya dan
tangan kiriku membantu mencoba menaikan kaki sebelah kirinya agar bisa
naik di dekat wastafel tempat cuci piring tadi.
Bi Mai : "ahhh...mas adi, ini masih pagi loo mas." sahutnya, hirauannya
jelas sudah tidak kugubris (bagaimana bisa ditahan, si otong sudah
lalayeye begini).
"udalah bii, si otong ini loo sudah enggak bisa diajak kompromi",
jawabku sekenanya sembari tangan kiriku sudah masuk dua jari ke lubang
memek Bi Mai.
Bi Mai : "aahh..uhhh...pelan to ma..ssshhh..ah", desahnya. Prosesi
permainan jari cukup 2 menit, sejurus kemudian Bi Mai aku suruh untuk
turun ke bawah biar si otong dapat service isapan dari mulut pembantu
tuaku ini.
"aaahhh...bii, teruuss.....", jawabku menikmati isapan Bi Mai sembari
kedua tanganku memegang kepalanya yang masih tertutup hijab (ini cara
ampuhku untuk mengatur ritme biar si otong engga buru-buru keluar gan).
Permainan BJ pun segera aku akhiri, kugandeng Bi Mai untuk masuk ke
kamarku.
Sampai dikamar...
"Bi Mai, daster sama dalemannya dibuka dong!", pintaku
Bi Mai : "iya mas adi, tadi malem masih kurang toh?", jawabnya sembari melepas pakaiannya satu persatu.
Pemandangan seperti itu dipagi hari ditambah mengelus-elus si otong sama
dengan horny tingkat dewa. Setelah telanjang bulat Bi Mai kusuruh untuk
tiduran dikasurku dan prosesi "69" kami lakukan.
Bi Mai : "mas adi kok gayanya aneh-aneh to?....aahhh..ahh", desahan tanyanya
"Biar engga bosen bii...", jawabku sambil memainkan klitorisnya,
"bii...lanjutin isepnya", perintahku. Selang 5 menit berlalu, alhasil
kedua kelamin kami pun basah, segera kuputuskan untuk menyetubuhi
perempuan tua ini lagi. Dengan berganti posisi normal, kuarahkan si
otong menuju liang senggama.
Bi Mai : "Pelan yaa mas adii...ssss..aahhh.", sleeeepppp..sleeppp..sleeeppp
Bi Mai : "aahhh...ahhhhh...mass, terus mas...ahh.",
plokk...slleppp...plookk...sleeppp, sengaja tempo permainan aku buat
naik turun agar Bi Mai menggelinjang seperti ulat kepanasan.
"aaahhh...ahhhh, bii....memekmu bii...ahh..ahhh.", sebisanya aku nikmatin tubuh perempuan tua ini.
Ditengah-tengah acara pergumulan kami berdua, bel rumah berbunyi. Sontak
hal ini membuat kami berdua kaget, kulihat dari sela jendela kamar
sembari Bi Mai memakai pakaiannya kembali. Ternyata Pak RT datang untuk
bertamu.
"Bii...bilang saja saya kurang enak badan, nanti agak malam saja biar
saya yang kerumah pak RT.", (sial pikirku, lagi ditengah-tengah medan
pertempuran)
Bi Mai : "enjihh mas.", sambil lalu ngelonyor keluar kamar.
Selesainya menemui pak RT, Bi Mai bergegas masuk lagi kedalam rumah
berlalu ke kamarku. Seperti tidak mau kalah, kali ini Bi Mai yang
mendekapku dari belakang karena mendapati aku sedang mengocok si otong
sembari berdiri.
Bi Mai :"aduuhh...kasian mas adi, keganggu yaa tadi." jawabnya genit sembari tangan kanannya meraih si otong.
"iyaa nih bii..aahhh..sshh, terus kocokin bii....", jawabku sembari
membuka 3 kancing depan dasternya, sehingga leluasa lah tangan ini
meremas buah dada yang besar dan menggelantung mirip pepaya kepunyaan Bi
Mai ini.
Tidak lama kemudian, sudah kurasakan si otong menegang tanda mau memuntahkan cairan gantengnya.
"aahhh....bii, aku mau keluar niih,sss..aahh, bibi tiduran sebentar
dikasur ya", Bi Mai pun menurut saja sembari mengangkat dasternya dan
memegangi kedua pangkal pahanya.
Bi Mai : "Pelan ya mas adi, inget loo bibi sudah tua.", sahutnya
(inget sudah tua tapi mau aja disuruh ngangkang pikirku),
sleeeppp...sleeppp..sleepppp, plokk..plokkk..sleeppp goyangan buah dada
Bi Mai mengikuti hujuman si otong ke memek tuanya itu.
Bi Mai : "aahhh...ahhhhh..ahhhh....masss..aahhhh ayo mass..aahhhssshhh."
"aaahhh...ahhhh...biii....aku keluarin di mulutmu yaa...aaahhh..",
jawabku tanpa ba bi bu kuarahkan si otong ke dalam mulut pembantuku ini.
"aaahhhhhhhhh...........sssssshhhh.", crett...crettt...crettt, air
manipun masuk kedalam mulut Bi Mai dan spontan pula ditelan lah air
maniku itu.
Bi Mai : "aduuhh mas, pejumu ketelen kan.", jawabnya sembari mengusap sisa-sisa air mani yang tertinggal di sekitar mulutnya.
"obat awet muda bi..", candaku sambil cekikikan.
Sambil duduk dikursi meja belajarku dan menghisap rokok kesukaan, kulihat Bi Mai masih di atas kasurku dan mengangkang.
"Oia bi, tadi pak RT ada apa toh?", tanyaku
Bi Mai : "iya mas, tadi pak RT bilang dan tapi juga kaget katanya mas adi nyari pembantu tapi sudah ada bibi."
"ohhh...gitu.", jawabku sambil mengingat memang waktu aku belum mendapat
pembantu dari rekan kerjaku, aku juga minta tolong pak RT untuk
mencarikan prt waktu ada kegiatan temu warga disini.
"Yaa uda bi, nanti malam saja aku ketempat pak RT. Sekarang perutku lapar bii, tolong disiapin yaa..", manjaku
Bi Mai : "enjih mas.", sambil beranjak keluar kamarku dengan baju compang camping.
Setelah sarapan, aku sengaja memutuskan untuk tidur kembali agar stamina
terjaga dan dapat digunakan untuk bersetubuh lagi dengan Bi Mai.
Bi Mai : "mass...mass adii, bangun mas.", teriaknya didepan pintu
kamarku. Hal ini memang aku biasakan ke Bi Mai, jika tidak ada
kepentingan jangan mengetuk pintu atau masuk kedalam kamarku.
"iyaa bi..saya sudah bangun kok.", sahutku.
Bi Mai : "enjihh mas, tadi katanya mas adi mau ke pak RT?", tanyanya.
"oiaa bi, hampir aku lupa. ya sudah aku mandi dulu bi.", jawabku sambil
berfikir geleng-geleng (ini PRT sudah STW, bisa masak, bersih-bersih
rumah, cuci-cuci, budak seks,sekarang asisten pribadi.....edaannn wes).
Akupun berlalu ke rumah pak RT...
Pak RT : "ehh...mas adi, mari masuk mas.", sahutnya.
"iya pak, hehe..maaf pak, tadi saya kurang enak badan.", biasa kujawab sambil cengengesan.
Kamipun ngobrol panjang dan lebar, sehingga menjadi luas. Pada intinya
ternyata pak RT sudah mendapatkan PRT dan sangat membutuhkan pekerjaan
ini. Sekali lagi sesuai dengan kriteria saya. Namanya Sri, umur tidak
jauh berbeda dengan Bi Mai terpaut 3-4 tahun lebih muda. Yang terbesit
dipikiranku bukan lagi masalah biaya gaji dan sungkan jikalau aku
menolak pak RT, melainkan kalau ada si Sri ini bagaimana prosesi
persetubuhanku dengan Bi Mai.
Sambil lalu aku berjalan menuju rumah sambil berfikir. Sesampainya
dirumah aku ingin membicarakan hal ini dengan Bi Mai, siapa tahu dia
juga ada solusi.
Bukannya percakapan dengan Bi Mai serta solusi yang aku dapati,
melainkan Bi Mai sedang duduk bersandar di sofa ruang tv hanya memakai
BH hitam berenda dan tangannya bergerilya sendiri/self service (tangan
kanannya meremas buah dadanya, tangan kirinya memainkan memeknya).
"loohh...kok sudah mulai duluan bii...", candaku
Bi Mai : "hhehe...iyaa mas, sambil nunggu mas adi pulang.", jawabnya agak malu.
"oohhh...biar basah yaa bi.", lanjutku sembari membuka kaos dan Bi Imah
dengan sigap membantu membuka celanaku. Bebaslah si otong yang sudah
berdiri tanggung akibat melihat kegiatan Bi Mai tadi. Dengan setengah
jongkok, Bi Mai mulai mengulum si otong, melihat buah dada yang
bergoyang dan masih terbungkus BH hitam serta semakin nikmatnya kuluman
dari pembantu tuaku ini membuat si otong tidak perlu waktu lama untuk
berdiri tegak.
"Ayo bii..bibi diatas.", pintaku
Bi Mai : "enjih mas.", jawabnya sembari mengarahkan si otong ke dalam memeknya.
sleeeepppppp.......
Bi Mai :"massss.....ahhhh...ahhhh..ahhhh."
"iyaa bii...ahhh...memekmu enakk..ahhh..ahh." sembari digoyang kubuka
kaitan BH Bi Mai yang ternyata juga ada di bagian depan. Kupilin dan
remas buah dada perempuan tua ini.
Bi Mai : "ahhh...shhhh, iyaa enakk..mass..aahh..ahh.",
sleeppp...plokkk..plook...sleepp... (gila pembantuku ini, hanya bermodal
permainan semalam dia sudah lihai mengatur tempo naik turun genjotan)
pikirku. Tidak mau kalah, kusudahi prosesi WOT ini dan kudorong Bi Mai
sehingga posisinya miring diatas sofa. Namanya juga PRT STW, nurut saja
dia mengikuti kemauanku. Dengan posisi itu, agak setengah berdiri dan
kaki kirinya berada dipundakku sehingga terlihat jalan yang pas untuk si
otong menghujam memek tua Bi Mai. Buah dada nya menempel dan bergoyang
akibat posisi miring ini serta tusukan dari si otong.
Plookk...plokk....plokkkk....plokkk, percepatan dimulai
Bi Mai : "aahhh..mass..pelan mas..ahh..mas adi..ahhhh...", cuma itu kata yang keluar dari mulut pembantu tuaku.
"ahh..ehhh..ehhh...ta..hann bi.", kujawab dengan tetap mempertahankan ritme tusukan si otong.
Dengan posisi miring itu cukup kusadahi dalam tempo 5 menit, karena
banyak tenaga untuk menahan berat badan dengan posisi setengah berdiri.
Kulepaskan si otong dari dalam sangkar memek tua Bi Mai dan aku duduk
bersandar di sofa. Sengaja kubiarkan sebentar Bi Mai dan aku sendiri
untuk mangatur nafas sembari menikmati denyutan-denyutan yang terjadi
akibat persetubuhan tadi.
Tak lama berlalu...
"Bii...isep dong.", pintaku
Bi Mai : "enjih mas..", menjawab sembari membetulkan posisi dan melepas
BH hitam nya yang sudah setengah terbuka. Dengan posisi nungging dia
jilat dan isap si otong, sedangkan aku dengan leluasa memainkan buah
dada perempuan tua ini yang lebih terlihat menggantung dan besar karena
posisi nya itu.
"sshh...ahhh, ahhh..bii terus bi..", desahku, entah karena keenakan atau
apa, si otong sedikit memuntahkan cairan gantengnya (ini sudah keluar
atau pre cum yaa pikirku).
Bi Mai : "loh, mas adi kok engga bilang bibi kalau sudah mau keluar?", tanyanya
"engga bi, kayaknya belum deh. Tuh liat si otong masih berdiri, tapi udah kerasa sih emang" jawabku.
Tanpa jawaban dari Bi Mai, langsung saja kusudahi prosesi kulumannya.
"ayoo bii, saya mau keluarin di dalem memek Bi Mai." sahutku.
Slepppp...sleeppp...plok..plokk..plokkkk
"aaaahhhh...biiii, ak....aku keluar..ahhhh..yaaa...", teriakku
Bi Mai : "aahhh...ahhhh..ah..mas, pe..jumu maa..ssshhh..aahh..ahhh."
crett...crett..crettt...serrr, setelah si otong muntah tetap kudiamkan
didalam memek Bi Mai dengan kuperlahan tusukan si otong sembari
menikmati buah dada Bi Mai.
"ahhhhh (lega)....malem ini bibi tidur lagi dikamar saya ya?", tanyaku dengan posisi tetap di atas Bi Mai
Bi Mai : "enjihh sayaang...", jawabnya sambil menyolek hidungku.
(sayang...sayangg...gundulmu itu) batinku, hhehee.
Didalam kamar akhirnya kami pun membahas masalah Bi Sri yang akan
bekerja juga dirumahku, awalnya agak bingung untuk memulai dan
menjelaskan ke Bi Mai. Yang aku takutkan adalah terganggunya prosesi
persetubuhan kami ini tapi seakan disambar gledek (petir) dan hatiku pun
sedikit berdegup kencang mendengar kata yang keluar dari Bi Mai.
Bi Mai : "kalau bibi engga masalah mas, kalau sri mau..diajak aja sekalian kayak bibi gini sama mas adi.", sambil tertawa kecil.
eaaaaaaaaa.........
Beberapa minggu kemudian, tidak terlalu banyak yang dapat aku ceritakan.
Memang hal ini disebabkan mulai seringnya kujalani aktivitas dinas luar
yang cenderung padat jika kantor mendapat job dari investor, tapi tetap
setidaknya seminggu sekali aku pulang dan kusetubuhi pembantu tuaku
yaitu Bi Mai. Entah karena suka sama suka, kebutuhan rohani (mungkin)
atau karena nafsu. Yang jelas beberapa hari setelah awal aktivitas
normalku, Bi Sri sudah aku pekerjakan melalui bantuan dari Pak RT karena
kupikir Bi Mai pasti kesepian karena dirumah sendiri dan bisa
mambantunya mengurus rumah, tidak terlepas pula masalah umur/tenaga Bi
Mai yang pasti menurun dan Bi Sri yang sedikit lebih muda pasti bisa
mengatasinya. Untuk masalah gaji, Bi Sri ini memang tergolong rendah
atau dibawah gaji yang aku berikan kepada Bi Mai, kemampuannya jauh
dibawah Bi Mai dan hanya bermodal "ingin kerja dapat uang untuk
menikmati masa tua nya nanti" yang dia pakai alasan untuk bekerja. Jadi
hal ini tidak membuatku terlalu pusing memikirkannya.
Suatu hari di Kota L tempatku berdinas dengan beberapa rekan, ada satu
orang yang dekat denganku sebut saja namanya fajar, umur dibawahku 2
tahun, perawakannya 175cm/80 (bongsor lah gan). Fajar inilah yang
membantu mencarikan prt dirumahku, yak benar Bi Mai. Intensnya pekerjaan
dan penat dalam pikiran maka kami putuskan untuk "refreshing" sejenak
dari padatnya kegiatan dan beranjak ke suatu tempat hiburan malam. Jelas
kita berdua mabuk dan ditemani oleh beberapa LC, entah karena aku mabuk
atau apa yang jelas fajar bertanya kepadaku.
Fajar :"mas broooo, kenapa kok enggak semangat gitu?lupain dulu lah laporan kantor..!", sahutnya sambil menenggak minuman.
"eee...iya jar, enggak tau juga kenapa ini kok moodku hilang...", sahutku sambil mengambil sebatang rokok
Fajar :" eh...iyaa, gimana pembokatmu mas bro?enggak rewel kan...?", tanyanya.
(rewel??!) sontak aku berfikir, ini apa jangan-jangan dia sudah tahu sejak awal kalau Bi Mai ini ternyata (maaf) agak binal.
Entah pula, apa karena aku mabuk atau capek+mabuk (hhehe), akhirnya kita
berdua memutuskan untuk kembali ke rumah dinas yang memang disediakan
dari kantor. Sepanjang perjalanan kami berdua ngobrol tidak ada habisnya
(maklum mabuk gan..pasti ngoceh tanpa batas). Kuceritakan semua yang
pernah aku lakukan dengan Bi Mai kepadanya (tetapi bagian detail tiap
prosesi jelas tidak aku perjelas gan), diapun cukup terkejut
mendengarkan hal itu (entah terkejut atau pengen ikutan nyoba bermain
seks dengan perempuan yang lebih tua dari umurnya).
Fajar :"adduhhh....berdiri kan kontolku denger ceritamu mas. kira-kira
aku boleh nyoba gak?tidur dirumahmu gitu maksudnya..?hehehe", tanyanya
sambil tertawa.
"yaa...lihat sikon nanti saja jar...", jawabku sembari bersiap untuk tidur dan memejamkan mata.
Fajar :"ssiiippppp dahhh......", sahutnya.
Hanya itu yang kudengar terakhir dari mulut sahabatku, sambil lalu kita kembali ke aktivitas normal.
Suatu malam, aku kembali ke rumah...dengan dibantu oleh Bi Mai yang selalu siap untukku, kami berjalan ke kamar dan masuk...
Bi Mai :"gimana mas kerjaan dikantor?", tanyanya sembari membersihkan alat kerja dan baju-baju kotorku.
"yaa...gitu lah bi (sambil menghela nafas), biasa saja. eh, Bi Sri gimana kerjanya bi?", lanjut tanyaku.
Bi Mai :"gpp mas, mas adi tenang saja. Urusan rumah biar bibi sama sri aja yang beresin.", jawabnya.
"gitu ya bi, syukur deh kalau gitu.", jawabku sembari melihat Bi Mai.
Setelah minum segelas air yang ada di meja belajarku, kuhampiri Bi Mai
dan kuelus pantatnya yang memang sedikit nungging karena merapikan baju
yang kulepas diatas kasur tadi. Sedikit kusibakkan dasternya sehingga
terlihatlah bongkahan pantat dan memek hitam kemerahannya yang memang
sengaja tidak dipakaikan CD kalau aku dan si otong sedang berkeliaran
dirumah. Dengan sedikit bantuan dari air liur, kugunakan jari-jari
tangan kiriku untuk bermain di luar atau dalem memek tuanya itu.
Sedangkan Bi Mai hanya mengeluh keenakan dengan jari-jari tangannya
menggegam kain sprei kasurku.
Bi Mai :"sssshhhhh......sshh..aahh, masss......ssshh, bibi kangen...ahhhh.", jawabnya sembari menikmati jariku dalam memeknya.
Dengan tenaga seadanya dan persiapan si otong yang minim, kumasukan si
otong ke dalam liang senggamanya. Sleepppp...sleeppp...sleepppp....(agak
susah+keset sih gan sebenernya)
"aaahhhh...biiii....ahhhhhh...", kataku sambil menggoyang pinggul maju
mundur dan meremas kedua buah dada bentuk pepaya gantung milik Bi Mai.
Bi Mai :"aahhh....mas...aahhh, iyaa mas...shhhh, teruss
mas..ad..ii..aahhh..", sahutnya saat kuremas lalu kupilin pentil dari
buah dadanya.
Tidak lama, rasa pegal di persendianku mulai kian terasa dan kami
berganti posisi dengan gaya kesukaanku yaitu WOT. Bersamaan dengan
goyangan lambat pembantu tuaku, kubuka dasternya hingga terlepas tapi
tetap menggantung didaerah sekitar perutnya. Giliran si otong dengan
tenangnya mendapat service dari memek hitam kemerahan milik Bi Mai.
Sleepppp...sleppp..sleeppppp..plookkk...plokkk.....genjotan dari Bi Mai
serta remasan kedua tanganku di buah dadanya yang menggantung membuat Bi
Mai semakin tidak terkontrol (teriakannya). Tanpa kami berdua sadari,
pintu kamarku tidak terkunci dan sedikit terbuka. Dicelah itulah Bi Sri
melihat kami sedang asyik bergumul dan bersetubuh.
Prosesi WOT sengaja kubiarkan agak lama, karena aku masih ingin menikmati tubuh pembantu tuaku ini. beberapa menit berlalu...
Bi Mai :"aahhh...aahhhh..aahh..ahhhhhhh (dengan nada yang terus
meninggi)...sshh..mas..aahh..ahhhh...EHH SRIII!", sahutnya kaget sewaktu
menatap kearah pintu kamarku.
Bukannya berhenti dan menyudahi prosesi persetubuhan kami, dengan tempo
yang melambat tapi pasti (naik turun) Bi Mai tetap memompa si otong. Pun
juga Bi Sri tidak beranjak dari tempatnya berdiri dan tetap menyaksikan
adegan tidak senonoh yang tengah kami berdua lakukan dengan satu tangan
menutup mulutnya dan tangan lainnya (seperti gerakan) mengelus memek
dari luar dasternya seakan turut pula ikut dalam kenikmatan sesaat itu.
Selang beberapa menit kemudian....
"aahhh...ahhhhh (suara beratku menyeruak), biii...aku
mau..aahh..keluarr....", kataku dengan tenaga seadanya dan tetap memacu
si otong bermain di memek tua Bi Mai.
Bi Mai :"aaahh..ahh..a..yoo..ahh..mas adi..ahhh", jawabnya sambil tetap melihat ke arah Bi Sri.
Kututup prosesi ini dengan menyuruh Bi Mai berganti posisi dengan
sedikit berjongkok dan bersandar di sebalah kasur tidurku, kedua tangan
Bi Mai memegang serta mengelus-elus kedua pangkal pahaku yang sedikit
berbulu sedangkan diriku menyiapkan posisi paling nyaman (horny dan
berdiri melebarkan kaki) untuk si otong mengeluarkan cairan gantengnya
dengan cara tangan kiriku (sedikit) mencekik leher perempuan tua budak
nafsuku ini dan tangan kananku mengocok si otong dengan cepat.
"aaahhhh....biiii, buka mulutmu...ahhhh....", sahutku pada injury time
(klimaks). creeetttt.....crettt..cretttt...crettt......suurr...!
Peluh air manikupun tercecer di sebagian muka yang mulai mengeriput itu
dan menetes mengenai salah satu buah dada yang besar nan menantang
menggantung milik Bi Mai. Sejenak kemudian, kupalingkan wajahku ke arah
Bi Sri dengan tangan yang masih memegang si otong dan sedikit senyum
simpul pada mukaku yang berkeringat setelah dibuat kalang kabut oleh
memek tua budakku ini. Terlihat raut muka malu dan kikuk pada wajah Bi
Sri, namun sejurus kemudian dengan sedikit berlari..Bi Sri kembali ke
kamarnya.
"Trus bagaimana ini bii...?", tanyaku
Bi Mai :"udaah mas, biarin aja....", jawabnya cuek
"kok biarin bi..?!", tanyaku penasaran
Bi Mai : "iyaaa mas adi....biarin aja toh bibi sudah cerita sama si
sri.", jawabnya sembari mengecup kepala si otong yang (masih) agak
berdenyut dan basah itu.
Setelah mendengar pernyataan dari Bi Mai itu, memang membuatku sedikit
berfikir (yaa kalo seks jangan terlalu dipikir gan, dinikmatin aja. Yang
aku pikir bagaimana skema eksekusinya, hehe). Akupun hanya menghela
nafas berlalu untuk menutup pintu kamar dan Bi Mai segera menyiapkan
tempat tidur untuk kami berdua.
Beberapa hari hampir seminggu setelah tertangkap tangannya prosesi
persetubuhanku dengan Bi Mai, kondisi dan situasi rumah aku akui memang
(sedikit) ada perubahan namun perzinahanku dengan Bi Mai tetap berlanjut
di tengah malam. Akupun sadar, akan keberadaan Bi Sri yang kadang
mengendap dan melihatku menggauli teman kerja yang lebih tua darinya
itu. Sengaja memang pintu kamar kubiarkan setengah terbuka, inilah
skemaku untuk membuat Bi Sri goyah hati (dan iman) serta menuruti nafsu
bejatku karena kupikir toh sudah ketahuan dan diapun tetap bekerja
dirumahku (aneh juga kan gan...).
Suatu pagi di hari liburku, aku duduk di ruang tamu menikmati rokok dan
mencari-cari harga cctv dalam hp androidku (karena rumah sering aku
tinggal pergi keluar kota) sembari menunggu budak seks ku (Bi Mai)
pulang dari belanja di pasar. Sambil lalu kulihat dan kuperhatikan Bi
Sri sedang membereskan ruang tengah/tv yang memang bersebalahan dengan
ruang tamu tempatku duduk. Perangai dan perawakannya mirip dengan Bi
Mai, tapi aku cukup yakin ukuran buah dada nya masih kalah dari Bi Mai
(tapi engga tahu lagi kalau dibuka, diraba, dan diresapi gan..hahaha).
Sesaat kemudian...
Bi Sri :"den adi....?", tanyanya seperti kebingungan
"ehhh...Bi Sri, iya kenapa bi..?", tanyaku sambil melihatnya atas bawah (devil eyes...yess!)
Bi Sri :"anu den...bibi ini den....", jawabnya dengan nada terbata
"hadeeee...kenapa toh Bi Sri?sudah lapar ya?sama aku juga Bi..", jawabku cengengesan
Bi Sri : "mboten (tidak) den..kalau boleh...itu...bibi pinjam uang den..?", sahut tanyanya ragu
"haa...buat apa bi?bukannya kemarin sudah aku kasih gaji Bi Sri buat bulan ini?" jelasku
Bi Sri :"enjih, niku sampun den (iya, itu sudah den).", jawabnya lirih
"laa terus bibi pinjam buat apa lagi?" balas tanyaku
Bi Sri :"niku den, kulo badhe ngirim arto maleh dateng keluarga teng
ndeso dipundamel mbangun omah." (itu den, saya mau ngirim uang lagi buat
membetulkan rumah), katanya.
"aduuh Bi Sri, pake bahasa indonesia saja..aku bingung kalau bibi ngomong gitu.", jawabku
Bi Sri pun menjelaskan keinginannya dengan bahasa nasional Indonesia (well done, hehe)
Akhirnya untuk pertama kalinya, aku berbicara panjang kali lebar dengan
Bi Sri, intinya sebenarnya dia sungkan untuk meminjam uang kepadaku
disisi lain belum tentu dia mendapat pekerjaan lain seenak ini dengan
keterbatasan kemampuan yang dia miliki (kupikir juga enak sih kerjanya
gan, toh akupun sering keluar kota jadi rumah isinya perabotan, budak
seks eh pembantu, beres-beres ala kadarnya, makan minum tidur gratis
yess/kere hore mode on!). Sejenak kupikir mungkin aku bisa melancarkan
niat bejatku ke Bi Sri ini dengan cara kupinjami uang (bunga 0% lah dan
bayar nya dicicil) tapi dengan syarat mau kusetubuhi layaknya suami
istri. Penjelasan pun kuberikan kepadanya (ngalor ngidul sampai berbusa
mulutku) tapi perbincangan kami tetap terarah dan tidak terlepas dari
prosesi persetubuhan tadi, bak gayung bersambut Bi Sri mengiyakan dan
menyetujui semua syarat yang aku minta. Kumulai beranjak dari dudukku
dan ingin menggandeng tangannya untuk mengajak Bi Sri masuk kedalam
kamar.
Namun hp ku berbunyi....
"halo....", angkatku
Fajar :"haaalooooo.....mas broo.....", jawabnya
"iya jar, ada apa?tumben libur-libur telpon?", tanyaku dengan nada datar
Fajar :"enggaaaa......ini aku sudah otw kerumahmu loo.", jawabnya senang
"oyaa...jadi ini berarti nginap rumahku?", balas tanyaku (waaatttdefaaaaaaakkk.......), batinku
Fajar :"yo'i mas brooo....kepikiran pembokatmu terus ini...", lanjutnya
(sudah kuduga anak ini...) "iyaa...oke deh..aku tunggu, ehh...jar, titip
sarapan dong.....apa aja lah..lapar perutku." balasku, (japrem/jatah
preman dulu dong, kampret), batinku
Fajar :"siyaappppp mas brooo.....wait for me yaaa.", jawabnya kecentilan.
Tidak berselang lama setelah kututup HP, Bi Mai pun datang...
(Bagaimana ini...?), pikiranku berkecamuk..........
Ku urungkan niatku untuk menyetubuhi Bi Sri pagi itu, tapi janji adalah
hutang maka dengan alasan serta penjelasanku Bi Sri setuju untuk menunda
prosesi itu. Akupun berlalu menuju kamar untuk mandi dan bersiap,
begitu pula dengan Bi Sri yang pergi untuk membantu Bi Mai. Saat hendak
ke kamar mandi..
Bi Mai : "mass...mas adi....", teriaknya
"iya bi, masuk...", jawabku sembari melilitkan handuk mandi dan Bi Mai sudah didalam kamarku
"lama banget bi kepasarnya?", tanyaku
Bi Mai :"hihi...iya mas, ini hari libur jadinya banyak kios yang tutup
tapi yang beli banyak", jelasnya sambil duduk diatas kasurku
(iya juga sih, apa karena aku yang enggak pernah ke pasar ya?), pikirku
"oia bi, si fajar mau kesini tuh..", kataku sambil duduk di sebelah Bi Mai
Bi Mai :"oyaa...ada apa ya mas fajar kesini mas?", tanyanya sambil melepas hijab yang dipakai pergi kepasar tadi.
"gak tahu bi...", jawabku sembari menyodorkan si otong yang sudah tegang ke muka Bi Mai
Bi Mai :"aahh...mas adiii...bibi masih capek ini, baru aja pulang dari pasar...", nadanya menolak
"ya sudah...bibi rebahan saja dikasurku, biar aku yang kerja.", tegasku memaksa
Bi Mai pun menurut dan mencari posisinya yang pas dikasurku sembari
membuka dasternya. Dengan arahan dan sedikit paksaan, kugeser CD yang Bi
Mai pakai dan blessss....sleeppp..sleepp
Bi Mai :"AHHHHH.....MASSS...ahhhh, pelan to mas adi..ahhhh", jawabnya
kesal karena belum begitu siap menerima si otong,
sleeeppp...sleepppp..sleepppp...sleep..
"ahh suda..hhhlaa..hh bi..ahhh..aahh," jawabku dengan tetap menghujam memeknya, sleepp...sleepp...
Bi Mai :"ehh..ehh...saki..t mas...ahh...ahh, ma..ss adi..pelan.", jawabnya dengan sedikit mengeluarkan air mata.
Kumantapkan posisiku dengan tangan kanan memegang pundaknya dan tangan
kiriku meremas buah dada perempuan tua ini.
Slepppp...sleepppp...sleeepppp...dan terus berlanjut hingga 5 menitan.
Bi Mai : "aahhh...AHH...ahhh, pelan mas..aahh..ahhhh, am..pun maa..sshh..aahh..ahh.", sahutnya
Yang ada di benakku bukanlah rasa nikmat dan kasihan, melainkan apa yang
akan dilakukan si fajar dengan budak seks ku ini sehingga aku terus
memompa memek hitam kemerahannya dengan muka ganas. Tak lama berselang,
kuhentikan dulu laju si otong dan kulepaskan CD yang masih dipakainya
itu. Bi Mai pun hanya diam dan mengusap air matanya tadi.
Bi Mai :"mas adi kenapa toh?kok grusa grusu (terburu-buru).", katanya
"gak papa bi..", jawabku dengan posisi duduk di depan kaki Bi Mai yang masih mengangkang.
Bi Mai pun segera beranjak dan berganti posisi duduk pula, sehingga kami
berdua berhadapan. Melihat Bi Mai yang duduk dengan memakai BH berenda
berisi buah dada yang besar dan menggantung, rambut sedikit acak-acakan
membuatku semakin horny tapi di satu sisi pikiranku pun tetap terbagi
karena kedatangan si fajar kerumah.
"lagi gak bi..?", lanjutku
Bi Mai :"iya mas, tapi pelan-pelan toh mas adi...sakit memek bibi..", jawabnya dengan suara parau
Mendengar itu, akupun bergerak kembali. Kuganti dengan posisi
persetubuhan normal, bertumpu pada satu tangan kananku sedangkan tangan
kiri menggeser tali BH Bi Mai dan meremas buah dadanya.
"aku mulai ya bi...", kataku
Bi Mai :"enjihh mas.....," jawabnya sambil menahan sakit.
Bless....sleeppp..plok...sleeppp...sleeeppp, nafas kami pun memburu
seiring dengan keluar masuknya si otong ke dalam memek Bi Mai.
Ditengah-tengah persetubuhanku dengan perempuan tua ini, bel rumah
berbunyi dan kuyakin ini pasti si fajar sudah datang begitupula dengan
Bi Mai yang beranggapan sama.
Di tengah persetubuhan...
Bi Mai:"aahh...ahh..mas adi, aahh..mungkin itu mas fajar..ahh...", sahutnya
"biarin nunggu bi...kan ada Bi Sri yang bukain pintu.", kujawab dengan tetap memacu si otong. sleepp...sleppp.sleepp
"nanggung bi...EHH..", lanjutku dengan membenamkan si otong
Bi Mai :"AHHH..ahh..tapi mas...ahh..ahhh..", balasnya
Karena cerewet, kusudahi saja prosesi upacara si otong pagi ini. Bi Mai
pun kusuruh untuk berbenah dan segera keluar untuk menemui fajar.
"bilangin fajar bi, aku masih mandi.", jawabku kesal
Bi Mai :"enjihh mas...", sambil merapikan rambutnya.
Akupun bergegas mandi, si otong pun ikut tidur terkena air hangat. Selesai berbenah kutemui si fajar di ruang tamu.
Fajar :"pagii mass brooo....ini sarapannya, kubungkusin soto ayam, hehe.", sahutnya
"okeee....kamu sudah sarapan?", tanyaku
Fajar :"hhehe...belum mas, sekalian maksudku.", jawabnya cengengesan
"halaahh....ayo kalau gitu.", kami pun beranjak masuk kedalam ruang makan...
"bi..Bi Mai sama Bi Sri kesini sebentar..", perintahku
Bi Mai & Bi Sri :"iyaa....", jawabnya meninggalkan dapur dan berjalan ke ruang makan
"Bi Mai ini tolong soto ayamnya dibuka terus disajikan..kami berdua mau makan.", lanjutku memerintah
Bi Mai :"enjih mas.", berlalu ke dapur dan menyiapkan makanan
"Bi Sri, tolong bawa tasnya mas fajar ke kamar tamu diatas...jangan lupa AC nya dinyalakan." kataku
Bi Sri :"enjih den..", berlalu mengambil tas dan bergegas naik.
Kulihat si fajar sejak duduk dimeja makan sudah curi-curi pandang dan
senyum-senyum sendiri melihat Bi Mai. Aku tahu karena kita makan dengan
duduk berhadapan, kubiarkan dan sok cuek saja dengan kelakuannya.
Setelah makan, kamipun beranjak ke teras rumah untuk menghisap rokok dan
ngobrol dari pekerjaan hingga seks. Tak terasa hari sudah semakin siang
menjelang sore, kujelaskan ke fajar bahwa aku akan keluar sebentar
untuk mengambil uang (janjiku ke Bi Sri, maklum mana punya dia nomer
rekening pasti cash) di ATM swalayan dekat rumahku dan kupersilahkan
saja untuk beristirahat di kamar. Kalau mau nonton pun tidak perlu turun
karena di kamar tamuku memang aku sediakan tv. Sesampainya di swalayan,
aku tidak bisa langsung mengambil uang karena antri (karena ATM bank
B** didekat perumahanku memang cuman di swalayan ini) dan yang membuat
kesal bukan nasabah yang ingin tarik tunai melainkan transfer, sehingga
harus jeli dalam memasukkan nomer rekening.
Sekitar hampir 2 jam prosesku mengambil sejumlah uang yang aku janjikan
ke Bi Sri, akupun bergegas pulang kerumah. Sesampainya dirumah kutemui
Bi Sri yang sedang menyapu garasi.
"ini bi..uang yang aku janjiin.", kataku
Bi Sri :" enjih den...terima kasih.", jawabnya sambil mengambil uangku dan akan bergegas ke kamar untuk disimpannya.
"eh bi, Bi Mai kemana?", tanyaku sambil clingukan kanan kiri
Bi Sri :"itu den...ee,tadi den fajar manggil mbak Mai ke atas." jawabnya sambil minta ijin untuk menyimpan uangnya dulu.
(wahhh...berani juga anak ini, pasti langsung to the point, enggak kaget
sih kalau lihat gelagatnya), batinku. Kuputuskan untuk mengendap
perlahan naik ke lantai atas dan sesampainya didepan pintu kamar tamu
kutempelkan telingaku ke pintu itu. Yak benar, hanya bunyi gesekan
persetubuhan, desahan-desahan yang agak ditahan dan bunyi kasur yang
berdecit. Sayup kudengar suara dari Bi Mai...(emang kalau lagi horny,
banyak enggak kontrol itu suara dari Bi Mai).
Bi Mai :"aahh..mas fajar...terus mas..ahhh..ahh, jilat tetek saya
mas..aahh..aahh...", suara seperti itulah yang kudengar dari balik
pintu. Mendengar suara seperti itu, bayanganku pun langsung terbesit
tentang betapa nikmatnya si otong kalau masuk ke dalam memek. Kubuka
pintu kamar tamu itu sedikit sehingga setengah badanku masuk didalamnya,
terlihatlah dua sosok manusia beda generasi yang sedang asyik
bersetubuh dengan posisi doggy style. terlihat pula buah dada Bi Mai
yang masih tertutup BH hitamnya dan bergoyang
Sleeeppp...sleepp...plookk..plokk...
"jar....bi", panggilku
Bi Mai dan fajar :"ehh..mass.....ehh..eh.", menjawab dengan tetap melanjutkan persetubuhan mereka.
"ya sudah, monggo dilanjut...", jawabku dengan senyum dan menutup pintu kamar kembali.
(ya sudah, kubiarkan saja mereka asyik bersetubuh), pikirku sambil lalu
turun menuju kamar. Didalam kamar aku langsung bergegas untuk mengambil
pil andalan dan berinisiatif untuk menggarap Bi Sri. (Tadi pagi kentang
dan biar no baper gan, hehehe), setelah minum dan berganti pakaian
(hanya memakai CD ketat warna hitam) serta si otong sudah mulai
berdenyut barulah kupanggil Bi Sri (tapi enggak teriak-teriak, kasian
perzinahan diatas..bisa rusak mood dan ritme meraka nanti,edaann). Tidak
berselang lama, Bi Sri pun sudah masuk kedalam sangkarku (kamarku),
tempat dimana memek Bi Mai selalu disakiti oleh si otong hanya bedanya
sekarang si otong akan punya lawan tanding lain.
Kulihat raut muka Bi Sri yang memang tampak sedikit lebih muda dari Bi
Mai itu antara kikuk dan atau takut, karena tahu akan digagahi
majikannya dan bersetubuh dengan pria lain selain suaminya. Tanpa banyak
kata, kusuruh dia untuk menanggalkan pakaian yang dikenakannya, satu
per satu dilepasnya hingga telanjang dan terlihat bongkahan dada yang
tidak kalah besar dari Bi Mai namun sedikit mancung serta daerah
kemaluannya yang agak lebat tertutup rambut. Tak ayal, dengan
pemandangan itu si otong bereaksi dengan semakin keras dan menyembul
dari balik CD yang aku kenakan. Kuhampiri Bi Sri yang sudah terduduk di
pinggir kasur tidurku, dengan sigap kulepaskan CD hitamku dan kutuntun
Bi Sri untuk segera mengulum si otong.
Slreepp...sruupp...slrepp...sembari aku memainkan kedua buah dadanya. 5
menit berlalu, kuperhatikan nafas Bi Sri juga sudah mulai memburu.
Kurebahkan badannya dan kupegang kedua pangkal pahanya untuk kulebarkan
memuluskan jalan si otong ke liang senggamanya.
Sleeppppp....blesssss.....
Bi Sri :"aahhhhhhhhhhhhh....deeeeeeeeennn.......", erangnya dengan kedua tangannya merangkul leherku.
Sleeeppp...sleepp...plookk..ploookkk, bunyi dari gerakan yang menghujam keluar masuk memeknya
Bi Sri :"ahh..ahh..ahh..ahh...", serunya
"gimana bi?enak...hh..hhh", sahutku
Bi Sri :"e...aahh..aahhh..nakk...dee...n....ahh.aahh", jawabnya
Beberapa menit kemudian, kuajak Bi Sri untuk berganti posisi. posisi
normal dengan posisi Bi Sri dibawah dan aku diatasnya, dengan posisi ini
aku dapat leluasa meremas salah satu buah dada Bi Sri dan menyiumi
daerah lehernya (bawah telinga).Sleppp...slepppp...sleppp (dengan ritme
stabil).
Bi Sri :"aahhh...ahhh, te..rus..aahh..ahh..dennn...", keluhnya dengan
bergelinjang karena tusukan si otong dalam memeknya, tanganku yang
meremas buah dadanya dan ciuman di lehernya.
Desahan-desahan yang Bi Sri keluarkan semakin membuatku terpacu dan
semakin kupercepat tusukan si otong. Sleeppss...ploo..ploookk..plokk....
Bi Sri :"aahh...denn...aahh...aahhhh..terus den...ahhhh..ahhh."
Bi Sri :"dee...nn...aahh..ahhh..ahhhh..."suara yang keluar dari
mulutnya, semakin kuperdalam tusukan si otong dalam memek Bi Sri. Tidak
tahu berapa lama yang pasti keringatku pun mengucur membasahi badanku
dan Bi Sri.
"aahh..ahhh...aku..mau kelu..arr...bii..aahh..ahhh...", kataku, Bi Sri
pun tidak menjawab namun merespon dengan menaikan pinggulnya seiring
dengan tusukan yang otong berikan.
Sleepppp...sleeppppp...sleepppp...kuangkat badanku dengan tetap memacu
si otong ke dalam memek tuanya, kedua tanganku terus dan tetap
memainkan, meremas kedua buah dadanya yang sudah tidak seberapa kenyal
itu, sleepppp..sreppp...plookk....sleeppp.....
"aaaahhhhhhh.....!"sahutku memekik saat si otong memuntahkan cairan ganteng ke dalam memeknya.
Dengan nafas kami berdua yang masih memburu, tetap kudiamkan si otong
didalam memek yang berwarna coklat kehitaman milik Bi Sri ini.
Kutarik perlahan si otong untuk keluar...sleeepps...plug...
Bi Sri :"aahh...sudah lama bibi tidak begini denn..hhahh..hahh", jawabnya sembari akan mengambil BH didekatnya.
"loohh...kok sudah mau dipakai BH nya bi?", tanyaku.
Bi Sri :"hehe, iyaa den...bibi malu.", menjawab dengan tangan kanan
menutupi payudara nya. (padahal tangan kananku masih ada di bawah
lingkar payudaranya).
"tunggu doongg bii....!", kataku dengan sigap memasukan si otong kembali
kedalam memeknya.....SLEeeeeppppp....blesss...preeutt...
Bi Sri :"aahhhhhh....dennnnnn......aahhh...ahhh...belum selesai toh den
adi?!ahhh..ahhh..aahhh", jawabnya sembari kusetubuhi dengan tempo agak
cepat.
Sleeppp...sleeppp..slepppp...plookkk...plokkkk....(aaahh...ahhhh..ahhhh), suara yang kita timbulkan.
Entah berapa lama kami berpacu syahwat, yang jelas 2 kali Bi Sri menerima air maniku.
Haripun sudah beranjak malam, aku dan fajar ngobrol dan makan seperti
biasa seakan tidak ada hal aneh yang terjadi (hanya dibenakku yang
berfikir kami berdua telah menyetubuhi dua orang perempuan tua yang
bekerja dirumah ini).
Selama Fajar menginap, Bi Mai pasti melayani nafsu bejat tamu sekaligus
sahabatku ini, entah itu malam hari atau pagi hari sebelum kami
berangkat bekerja. Tak pelak keadaan itu membuatku risih sehingga aku
selalu menunjukkan gelagat tidak enak didepan mereka, entah saat mereka
akan bersetubuh ataupun saling mengkode saat makan. Tidak berselang
lama, fajarpun pergi. Tidak kusia-siakan kesempatan dalam kesempitan
untuk menunjukkan kepada kedua budak seksku siapa tuan mereka
sesungguhnya.
Beberapa hari sudah tidak kusetubuhi perempuan-perempuan tua ini baik Bi
Mai maupun Bi Sri, kuputuskan untuk mengakhiri paceklik si otong dan
memek tua yang mereka miliki. Suatu malam dirumahku, setelah makan dan
minum pil ajaib aku duduk di sofa tengah ditemani Bi Mai yang duduk di
bawah melihat sinetron sedangkan Bi Sri sedang membereskan makanan
didapur.
"bi...?", panggilku ke Bi Mai
Bi Mai :"iya mas adi...", sahutnya
"nanti malam, aku minta 'jatah' ya?", tanyaku ketus
Bi Mai :"lohh...kok tumben mas, bukannya biasanya ngajak sri ya mas adi?", kilahnya
"abis ini Bibi ajak sri masuk ke kamarku..malem ini si otong pengen ngerasain tubuh bibi sama sri barengan!", perintahku
Bi Mai :"ahh..mas adi mesti aneh-aneh maennya...", timpalnya enggan
"mau bonus gak bi?lumayan looh!", jawabku merayu. Sejenak Bi Mai terdiam dan menuruti niat bejatku.
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.30, kulihat dari sofa mereka berdua
sudah beranjak berjalan masuk kekamarku hanya dengan memakai kain jarik
yang menutupi. Bergegas kususul mereka sembari melepas pakaian yang
kukenakan hingga telanjang. Kututup dan kukunci pintu kamarku, terlihat
Bi Mai dan Bi Sri sudah duduk bersebalahan di tepi kasurku. Tidak
menunggu lama, kuhampiri mereka dan menyodorkan si otong untuk dikulum.
"isep bi...", perintahku ke Bi Mai, tanpa kata tangannya menggapai si otong dan mulai mengulumnya. Slreeepp...seep..sepp...
Sembari Bi Mai mengulum si otong, kutarik tangan Bi Sri untuk berdiri di
sebelahku. Dengan perintah tangan-tangan jahilku (tangan kiri memegang
kepala Bi Mai dan tangan kanan mengarahkan kepala Bi sri) agar mencium
dan memainkan putingku.
"aahhh...ahhhh....iyaa gitu bi, pinn...terrr...shh", sahutku saat mereka
berdua bekerjasama memuaskan nafsuku dan kulepas/tarik jarik yang
mereka pakai.
srett...terbuka dan telanjanglah dua perempuan tua ini didepanku,
payudara mereka yang ranum bergelantungan seirama dengan gerakan
badannya sembari kuremas dan kupilin cukup kencang.
Kurasakan sudah cukup tegang daya tusuk si otong, kuperintah mereka
untuk WOT secara bergantian (satu WOT dan yang lain diatas mukaku untuk
kujilati memeknya atau berbaring disebelahku), Slepppppp,
blesssss.....sleppp..sleeppp...ahhh...ahhhh...ahhh (terdengar desehan Bi
Mai dan Bi Sri bersahutan).
Prosesi WOT tetap kulakukan bergantian, terkadang Bi Sri tidur mendekap
disampingku atau Bi Mai sehingga dengan leluasa tangan-tangan bajinganku
memeras payudara yang besar nan menggantung milik perempuan-perempuan
tua budak seksku ini secara bersamaan.
Bi Sri (sewaktu diatas):"aahhh....ahhhh....dennn....enak den....ahhh..ahh.", sahutnya sembari ditusuk si otong dari bawah.
Bi Mai (sewaktu Bi Sri WOT dan dia disebalahku dan tanganku memegang
buah dadanya):"ahhhhh...ayoo mas adi, genjot sri mass...shhhh, tetekku
sudah keras mass..sshhh", sambil berbisik ke telingaku.
slepppp...sleepppp...pluug..plookk...slepps..
20 menit berlalu, prosesi WOT yang Bi Mai dan Bi Sri lakukan membuat si
otong tidak berdaya dan ingin segera memuntahkan cairan gantengnya.
"aaaahh....ahhhhh biiiii....aku mau...keluar iniiii...aahhh...ahhh",
kataku saat Bi Mai WOT. Tahu akan keluar, dengan sigap Bi Mai berhenti
melakukan hisapan pada memeknya dan segera mengocok si otong dengan
cepat sembari Bi Sri tetap mencium dan memainkan puting-putingku yang
sudah mengeras (akupun tetap meremas payudara Bi Sri dan tangan satunya
memegang paha Bi Mai).
Bi Sri :"(creppp...creeppp...slrrppp)", tidak menghiraukan eranganku
Bi Mai:"aahhh.....ayooo mass...keluarin pejumu...ahhh..shhhh", jawabnya nakal dengan tetap mengocok si otong dengan cepat
"aaaahhhhh....biiiiiiii......terus begitu biiii!",
cretttt....crettttt...cretttt...air maniku pun mengalir deras, sebagian
mengenai muka Bi Sri pun banyak di tangan Bi Mai.
Bi Sri :"aaahhh...den.....", katanya sambil menyeka muka yang terkena air maniku.
Bi Mai :"ihhh....banyak loo mas...pejumu,,sshhhhh", desahnya dengan
tetap mengurut si otong dan buah zakarku dengan tempo lambat.
Dengan keringat bercucuran, kami putuskan mengakhiri malam itu dengan
tidur bersebalahan (aku ditengah diapit budak-budak seksku).
Di penghujung malam, aku terbangun karena haus melanda. Kuberanjak dari
tidur untuk meminum air dikamar, setelah habis kuputuskan untuk kembali
ke kasur tetapi dengan pemandangan perempuan telanjang yang tergolek
lemas di kasurku membuat si otong kembali berdenyut. Kuhampiri dan
kuelus lembut memek Bi Sri, diapun hanya mendesah ringan.
Bi Sri :"ss..hhhh...shhhh..aahhh, kok bangun denn??ayoo tidur lagi
den...", jawabnya manja lirih, tidak berhenti tetap kucoba memasukan si
otong dengan lembut dan lambat. Blesss.....cplakk....slleeppp...
"ahhh...hhhh...hmmmm...", suaraku pelan menikmati tiap goyangan si otong
dalam memek Bi Sri, tidak lupa kuciumi kedua payudaranya yang ikut
bergolak.
Bi Sri :"ahhh...deee..nnnn..ahhhhh...ahhhhh", jawabnya menikmati,
slepppp...slepppp...sleeppp, tusukan si otong yang lambat nan pasti ini.
Bi Sri :"aahh...sshhh...hhh...de...nnn...", suaranya dan goyangan
persetubuhan kami membangunkan Bi Mai dan berbalik badan melihat kami
berdua bersenggama.
(Sleepp...sleeppp..ahhh biiii....sleeppp...deenn....ahhh), suaraku dan
Bi Sri. Tak disangka (shhhh...ahhh..ss..hhh), suara Bi Mai dengan
mengelus kembali memek tuanya.
Kusudahi genjotanku di liang senggama Bi Sri dan berpindah posisi untuk
bersiap menyetubuhi Bi Mai, blesssss....pluug...sleppp..sleeppp...
Bi Mai :"ahhh..ssshhh...pelan..massss...shhh", sahutnya sembari meremas salah satu payudaranya yang besar.
"ii...yaaa...biii, ahhh...ahhhh", lanjutku.
Bi Mai :"shhhhh....ahhh, kontolmu massss....ahhh...ahhh", jawabnya getar.
Ronde kedua ini tidak berlangsung lama, kusudahi dengan menyuruh
perempuan-perempuan tua ini duduk dan aku berdiri pas dihadapan muka
mereka sembari mengocok si otong. crettt...crettt...creett...suur (air
maniku pun tumpah dan menetes di sela-sela payudara besar mereka) pun Bi
Mai dan Bi Sri berlanjut untuk mengulum si otong secara bergantian.
Begitulah cerita persetubuhanku dengan Bi Mai ataupun Bi Sri (prt stw).
Hampir tiap hari kugilir tubuh tua mereka baik terpisah atau bersamaan,
entah itu dikamarku, kamar mereka, ruang tengah, kamar mandi ataupun
dapur saat salah satu diantara mereka tetap melakukan kegiatan ataupun
menolak karena capek. Pun hubungan tidak wajar ini pun tetap terjadi
walaupun terkadang Bi Sri ijin pulang untuk melihat rumah dan
kampungnya.