Ditengah kesusahan datanglah tawaran dari Nancy, junior saya yang
telah pindah ke Sange Advertising, dan mengenalkan saya dengan Ibu
Susan, pemilik perusahaan tersebut. Ibu Susan dipertengahan abad
usianya, masih mempunyai tubuh yang terawat dengan baik, body-nya tidak
kalah dengan gadis-gadis yang masih muda yang menjadi anak buahnya di
Sange Advertising.
Karena prestasi kerja saya yang baik, kami sering mengadakan
meeting after hours, dan progress kerja saya yang baik, membuat kami
cukup akrab..tapi pada suatu malam ada kejadian yang benar-benar
mengubah hidup saya! Begini ceritanya..
Suatu malam, ketika karyawan lain telah pulang, Saya tengah
memaparkan pendekatan saya terhadap satu perusahaan rokok terkemuka, dan
kemudian tiba-tiba Ibu Susan berkata,
“Waduh, kog punggungku gatal ya?”
Saya masih berusaha menahan diri untuk tidak terlalu cepat menolongnya, takut nanti dianggap kurang ajar!
Semakin lama gatalnya sepertinya semakin bertambah,
“Tolong Dik Uki, bisa garuki punggung Ibu?”
Saya mengangguk dan berusaha membuang pikiran kotor saya, yang
ingin sekali rasanya mengetahui lebih dalam bentuk tubuh boss yang
cantik dan keturunan bangsawan ini..
Saya garuk pelan-pelan, tapi lebih tepatnya hanya mengusap-usap punggungnya saja, takut kalau Ibu Susan kesakitan.
“Dik Uki, agak keras dikit, masih gatal lho Dik”, pinta Ibu Susan.
Dan saya agak sedikit memantapkan tangan saya dipungungnya.
“Dik Uki, masih belum terasa, sebentar saya buka dulu blazer saya.”
Dia langsung membuka blazernya, sehingga tinggal blouse-nya yang
putih dan transparan. Waduh semakin tidak tahan nih saya, karena kulit
tengkuknya yang mulus dengan sedikit rambut lembut yang tergerai di
tengkuknya (Dia kalau ke kantor selalu rambutnya disanggul di atas),
semakin menambah feminin, dan semakin membikin saya langsung terangsang.
Saya menggaruknya tetap tidak mau keras dan masih cenderung
mengusap atau membelai punggungnya, karena saya menikmati kehalusan
kulit seorang bangsawan yang berada dibalik bajunya yang tipis. Saya
usap seluruh punggungnya dengan pelan, ke atas dan ke bawah, ke kiri dan
ke kanan, terkadang tangan saya, saya telusupkan di bawah ketiaknya,
untuk menggapai payudara yang di depan.
Dia menengadahkan kepalanya, dan menggeleng-gelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, sambil suaranya mendesah,
“Uuhh enak Dik Uki.. enaakk..uuhh..”
Mendengar desahannya yang merangsang, rudalku langsung tegak bak tugu Monas.
Sekujur tubuhku mulai menggigil dan seperti dialiri setrum listrik
yang halus merambat di sekujur tubuh dan terpusat di kemaluanku.
Tenggorokanku terasa kering, dan susah bicara, karena nafsuku yang
langsung menggebu.
Baru kali ini saya bisa menikmati tubuh seorang bangsawan yang
bersih, terhormat dan sangat terjaga dari tangan laki-laki lain, selain
suaminya.
Karena Dia duduk membelakangiku yang berdiri sambil memijit-mijit
punggungnya, batang kemaluanku langsung kutempelkan di punggungnya yang
lembut seperti sutera. Kugesek-gesekkan batang kemaluanku ke punggungnya
dengan pelan. Dan Dia berkali-kali melenguh,
“Uughh, enachh Dik, enaak, terus Dik.”
Dia membimbing tanganku untuk mengusap dua gunung kembar yang
kencang dan kenyal. Kuusap payudaranya dengan lembut, kucium tengkuknya
dengan lembut, dan kugesekkan batang kemaluanku ke pungungnya dengan
lembut.
Aku sangat tahu, kalau melayani tipe wanita seperti Dia ini harus dengan lembut dan dengan menggunakan perasaan.
Kucium tengkuknya dengan lembut, Dia sekali lagi menengadahkan
kepalanya ke atas, matanya sambil terpejam, dan bibirnya yang tipis
terbuka sedikit, dan mulutnya hanya bergumam, “Emm.” Aku tahu itu
artinya dia sangat menikmati.
Tanganku, kuusapkan dengan lembut di sekeliling payudaranya, dan
kulingkari masing-masing payudaranya dengan kedua tanganku, sengaja aku
tidak sentuhkan tanganku ke pentilnya, untuk memberikan sensasi yang
sangat halus dan perlahan.
Beberapa kali tanganku mengitari sekeliling payudaranya, kemudian
perlahan-lahan tanganku kutarik untuk mengusap pipinya. Kutengadahkan
wajahnya, dan kucium keningnya dengat lembut sekali. Aku bisa rasakan
kelembutan nafasnya di wajahku, bibirnya yang tipis masih mengeluarkan
gumaman yang lembut,
“Dik Uki.. emm.. eemm..”
Dengan perlahan aku membalikkan badan Dia ke arahku, dengan cara
memutar kursinya, dan saya membimbing dia untuk berdiri dengan perlahan,
kini aku dan Dia sudah berhadapan, sama-sama berdiri, dadaku menempel
ke dadanya, dan aku bisa merasakan kekenyalan susunya, dan saya
membayangkan betapa indahnya bukit kembarnya.
Tanganku kudekapkan ke pinggangnya, dan telapak tanganku kuusapkan
ke pantatnya yang juga sangat indah dan kencang. Tangannya memegang
pundakku dengan lembut, kepalanya sudah menengadah ke atas, dan tatapan
matanya.. waduh, jernih dan indah menatap mataku tanpa berkedip.
Kusentuh bibirnya dengan lembut, kuusapkan perlahan bibirku ke bibirnya.
Dia memberikan reaksi dengan mengencangkan dekapannya ke pundakku
dan dadanya ditempelkan lekat ke dadaku, tanganku kudekapkan semakin
erat ke pantatnya dan agak kutarik ke atas pantatnya, sehingga kakinya
agak diangkat ke atas. Waduh ciumannya sangat lembut, perlahan-lahan
kuusapkan lidahku ke lidahnya, dia memberikan reaksi yang sama,
menyapukan lidahnya ke seluruh mulutku. Tanganku mulai mengusap-usap
punggungnya naik turun dengan lembut. Aku menikmati sekali kehalusan
kulit punggungnya.
Setelah aku puas menciumi bibir, wajah dan pipinya, ciumanku
perlahan-lahan kuarahkan ke lehernya. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya
ke kiri dan ke kanan, matanya masih terpejam menikmati, nafasnya agak
memburu, dan mulutnya masih bergumam,
“Mmm.. uhh..”
Ciumanku mulai bergeser ke bawah, ke belahan dadanya. Kancing
blousenya yang di depan dengan mudah kubuka satu persatu, sehingga
tersingkap sudah BH hitam yang menyangga dua buah payudaranya yang
padat, bulat, kenyal, bersih dan ranum. Kuciumi lehernya dengan sangat
lembut, ke pundaknya, bergesar turun ke sebelah atas payudara yang tidak
ditutup BH. Dia semakin menengadahkan kepalanya, punggungnya juga
semakin melengkung ke belakang, kedua tangannya memegang kepala saya dan
sedikit meremas rambut saya, tandanya semakin menikmati gaya
permainanku.
Kedua tanganku memegangi dibawah kedua ketiaknya, biar Dia tidak
terjerembab ke belakang, tapi bibirku masih mengusap daerah leher dan di
atas payudara.
Aku sengaja memperlama untuk menyentuh payudaranya, apalagi pentilnya.
“Diik..Ukii.. uugghh.. sstt”, sambil mulutnya berdesis kenikmatan.
Blousenya yang masih menempel di pundaknya perlahan-lahan
kulepaskan, sehingga pemandangan kemulusan dan kemolekan tubuh Dia
terpampang jelas di hadapanku, dan terkena sinar lampu down light
kekuningan yang berada di langit-langit tepat di atas kami berdua,
menambah romantisnya suasana malam itu yang tidak akan pernah kulupakan.
Sekali lagi tanganku kugunakan meremas sebelah pinggir dari
payudaranya, dan tampak bahwa payudaranya sudah mulai mengeras.
Tanganku mengusap punggungnya dengan perlahan sambil membuka tali
BH yang ada di punggungnya. “Click” sekali jentik langsung terbuka
pengait BH-nya. Dengan pelan kuturunkan tali BH yang ada di pundaknya,
akhirnya BH-nya kulepas.
Woow, terlihat pemandangan indah sekali, dua gunung kembar yang
kuning dan bersih dengan puncaknya yang kecil yang sudah berdiri tegak.
Aku sudah sangat terangsang tapi aku tidak boleh gegabah. Kuusap
payudaranya dari sebelah bawah dengan tangan kananku, tangan kiriku
masih mendekap punggungnya untuk menjaga agar Dia tidak terjatuh, dan
kucium payudaranya, berkeliling mengitari pentilnya, dan tangan kananku
masih mengusap-usap sebelah luar payudara, tapi dengan gaya agak
memeras. Kedua tangan Dia memegang erat pundakku tanda sudah semakin
gemes, untuk dicium pentilnya.
Karena aku sudah merasa waktunya tepat, maka dengan lembut kukulum pentilnya.
Dan reaksinya,
“Aaaughh, uuhh..ss.. uuhh”,
Dia melenguh-lenguh dan mendesis-desis keenakan, seakan-akan yang dinantikannya telah tiba.
Meskipun kondisinya sangat terangsang, tapi lenguhan itu tetap
lembut dan terdengar lirih. Kukulum pentilnya, kugesek-gesek pentilnya
dengan lidahku, dan kugigit lembut pentilnya, tanganku tetap
meremas-remas lembut payudaranya.
Setelah aku puas mempermainkan pentilnya kiri dan kanan bergantian,
kulepaskan bibirku dari susunya, dan kugeserkan mulutku ke bawah ke
seputar perutnya yang datar dan mengeluarkan aroma parfum yang lembut
dan semerbak.
Ketika mulutku terlepas dari susunya, Dia kelihatan menghela napas
lega dan baru bisa bernafas dengan tenang. Aku menciumi perutnya dengan
agak sedikit jongkok. Kucium pusarnya, dan kujilati pusarnya dengan
lidahku. Dia menggelinjang kegelian. Karena terlalu lama berdiri atau
karena sudah sangat terangsang,
Dia sudah tidak kuat berdiri dan dia bergeser ke belakang duduk di
meja kerjanya. Aku berdiri dengan kedua lututku dan aku tetap jilati
pusarnya dan perutnya. Dia menggelinjang kegelian, dan mengusap-usap
rambut kepalaku dengan tidak beraturan, terkadang meremas, menjambak dan
mengusap rambutku. Sehingga rambutku sangat kacau.
Puas dengan permainan perut, Dia kurebahkan di meja kerjanya.
Untungya meja kerja Dia cukup besar. Kupelorotkan rok bawahannya,
sekaligus dengan CD-nya. Sekarang tampak di hadapanku seorang putri yang
kuning, bersih, dengan kaki dan betis yang aduhai indah, terbujur
pasrah di hadapanku.
Kunikmati tubuh Dia sebentar, karena selama ini aku hanya bisa
membayangkan keindahan tubuhnya, tanpa berharap untuk dapat
memandangnya. Tapi ternyata malam ini apa yang kudapatkan jauh dari yang
kubayangkan. Seorang wanita dengan tubuh montok dan kuning mulus,
dengan kaki dan betis ramping. Dua buah dada yang tidak terlalu besar,
tapi bulat, padat dan kencang, sehingga cocok dengan kesan payudara
seorang putri. Bentuk lengan dan bahu yang padat bulat dan berisi.
Dia telentang di atas meja di hadapanku, aku masih berdiri. Aku
mencium pipinya sekali lagi dengan lembut, kuusap payudaranya dengan
lembut. Kedua tangan Dia merangkul leherku dengan erat. Kedua kakinya
bergerak-gerak dengan halus pertanda sangat terangsang. Perlahan-lahan
tanganku kugerakan dari susunya turun ke perutnya. Kuusap sebentar
perutnya dan bergerak turun ke bawah mengusap pahanya. Paha yang selama
ini hanya bisa kupandang. Aku usap pahanya naik turun dengan tetap mulut
kami masih saling memagut. cerita skandal.
Erangan-erangan kecil keluar dari mulut Dia,
“Ugh.. ugh.. emm.. emm..”
Tanganku bergerak dari sekitar pahanya terus mengusap sekitar bibir kemaluannya.
Dengan perlahan kedua kaki Dia mengembang, memberi kesempatan
tanganku untuk mengelus kemaluannya. Tetapi kemaluannya belum kuelus,
hanya kedua selangkangan saja yang aku belai dengan kedua jari telunjuk
dan jari manis bersama-sama. Kuelus selangkangannya naik turun, dan Dia
menambah kecepatan gerakan kakinya.
Dengan pelan Dia mengangkat pantatnya, sehingga kemaluannya juga
ikut naik. Aku tahu ini pertanda agar aku dapat segera mengelus
kemaluannya. Kuusap pelan dan dengan jarak sentuhan yang kubuat
serenggang mungkin antara bibir kemaluannya dan telapak tanganku,
membuat gelinjang Dia menaikkan kemaluannya untuk menyentuh tanganku
semakin tinggi.
Kubelai rambut kemaluannya yang lembut, tipis dan tertata rapi.
Setelah puas memainkan sekitar kemaluannya, dan liang kemaluan Dia sudah
semakin terbuka dan semakin basah. Kusentuh klitorisnya dengan sedikit
ujung dari jari tengahku dengan lembut dan.. “Uuhhgh”, lenguhan Susan
kenikmatan.
Gerakan kakinya sudah semakin tidak teratur. Tiba-tiba tanganku dijepit dengan kedua pahanya.
“Diik Ukii.. aakkuu.. nggakk.. taahh..”
Kemudian tangannya menarik punggungku sebagai bertanda agar aku
segera menaiki tubuhnya. Kutarik kedua kakinya ke arah pinggir meja,
sehingga kedua kakinya terjuntai, kemudian Dia membuka kedua
selangkangannya dengan tidak sabar. Aku sempat memandangi kemaluannya,
dan seakan liang kemaluannya merah seperti bibir gadis yang memakai
lipstik yang sedang merengek.
Kugesekkan batang kemaluanku pelan-pelan ke bibir kemaluannya, dan Dia mengerang lagi,
“Uugghh.. uughhg..”
Kumasukkan dengan pelan batang kemaluanku ke liang kemaluannya.
Belum sampai habis masuk semua, kutarik kembali dan kumasukkan kembali.
Dengan gesekan-gesekan yang pelan tersebut membuat erangan Dia semakin
tidak beraturan.
Untuk melayani tipe seperti Dia ini, kugunakan gaya gesekan 5:1,
artinya lima kali keluar masuk setengah batang kemaluan, baru sekali
masuk seluruh batang kemaluan. Dan pada saat masuk yang seluruh batang
kemaluan, erangan dia semakin hebat. Dengan gaya lembut dan 5:1 ini kami
bisa saling menikmati.
“Uuugghh.. acchh.. Diikk.. Ukii.. ucchh.. sstt.. uhh..”
Erangan erangan yang tidak beraturan tetapi artinya hanya satu yaitu Enak.
Sambil kugenjot pelan batang kemaluanku, kedua tanganku dengan
leluasa meremas kedua susunya, yang bergerak-gerak naik turun tergantung
sodokanku.
Kadang-kadang tanganku mengusap wajah dan pipinya, kadang-kadang mengusap perutnya.
Setelah cukup lama aku melakukan genjotan 5:1, tiba tiba kedua paha
Ibu Susan diangkat dan dililitkan ke pinggangku. Kedua tangannya
mendekap diriku, mulutnya sedikit menganga dan mendesis..
“Diikk..Uuu..Ki.. saa..yaa saampaaii.. uuhhff.”
Kupegangi pinggangnya untuk menekan liang kemaluannya ke batang
kemaluanku. Setelah Dia selesai mengejang dan nafasnya tersengal-sengal,
aku mulai lagi dengan genjotan, tetap dengan gaya 5:1.
Dia melenguh, “Uuff.. uff.. uuff.. Dik Uki beluumm yaa. Ayo donk.. uff.. uff jangan ditahaan.. uuff.. ugh..”
“Sebentar Bu!” kataku.
“Dik.. uhff, ceepetan dikit.. Dik.. ughf.. uhfgg.. aa.. ku mau uhgf uff uff.. keeluar.. laa.. ggii..”
“Sebentar Bu, aku juga sudah.. mma.. uu.. saammpai..”
Tiba-tiba ada aliran listrik menjalar dari ubun-ubun turun ke arah
kemaluanku dan semakin-lama semakin mengencang. Batang kemaluanku seakan
balon yang ditiup dan mau pecah.
“Aachghh.. accghh.. Buu.. Sussann.. aku mmau keluarr..”
Dia memegang erat tubuhku dan
“Crret.. crrett..” keluar semua cairan yang ada di seluruh tubuhku dan “Aaachh..”
Kami berdua terkulai lemas dengan badan penuh keringat dan nafas terengah-engah.
“Dik Uki, makasih ya Dik, kamu telah memberi saluran yang selama ini tersumbat.”
Aku sangat puas malam itu, karena aku tidak dapat membayangkan,
ternyata aku bisa menikmati tubuh seorang wanita terhormat, yang selama
ini orang luar sangat menghormatinya, tapi ternyata malam ini dia begitu
pasrah menyerahkan tubuhnya kepadaku.
Jam telah menujukkan pukul 22.00 ketika permainan kami usai, dan
kami berdua segera masuk ke toilet untuk membersihkan dan merapikan
badan kami masing-masing. cerita skandal.
Dan sebelum pulang aku mendapat tugas baru dari Dia, yaitu membantu
membersihkan cairan yang membasahi meja kerja Dia, dan membantu
merapikannya. Sambil merapikan mejanya aku berbisik ke telinga Dia,
“Bu meja ini dirapikan ya.. karena besok malam mau dipakai lagi”,
Dia hanya tersenyum dan mencubit mesra lenganku. Hal tersebut
kuulangi setiap ada kesempatan, baik di kantor ataupun di hotel, tapi
rahasia tersebut tidak terbongkar dan kami saling menjaga rahasia.
Dan kalau pagi hari, Dia kembali memerankan perannya sebagai atasan
yang berwibawa, profesional, tetapi kalau malam, melenguh-lenguh dan
menggelinjang-gelinjang terkena rudalku.